Jumat, 10 November 2023

AHOOL: MAKHLUK MISTERIUS DARI GUNUNG SALAK

Ahool adalah nama yang diberikan kepada makhluk misterius yang konon hidup di daerah Gunung Salak, Jawa Barat. Ahool digambarkan sebagai seekor kelelawar raksasa dengan rentang sayap sekitar 3 meter, tubuh berbulu hitam atau coklat, dan wajah mirip monyet. Nama ahool berasal dari suara jeritan yang sering didengar oleh penduduk setempat, yang mirip dengan kata “ahool”.


Latar Belakang
Ahool pertama kali dilaporkan oleh Dr. Ernest Bartels, seorang ahli zoologi Belanda, pada tahun 1925. Bartels mengklaim bahwa ia melihat seekor ahool terbang di atas sungai Tjidjeroean, dekat Gunung Salak, pada malam hari. Bartels mendeskripsikan ahool sebagai berikut:
“Saya melihat dengan jelas bahwa itu bukan burung biasa, karena sayapnya tidak berbulu, tetapi tertutup oleh kulit seperti kelelawar. Tubuhnya berukuran lebih besar dari burung elang, dan kepala dan lehernya menyerupai monyet. Warna bulunya hitam di bagian atas dan coklat di bagian bawah. Ekor pendek dan runcing. Paruhnya tidak ada, tetapi mulutnya lebar dan berbentuk seperti monyet.”

Bartels mencoba menembak ahool, tetapi gagal. Ia kemudian mencari jejak ahool di sekitar sungai, tetapi tidak menemukan apa-apa. Bartels mengira bahwa ahool mungkin merupakan spesies kelelawar yang belum diketahui, atau mungkin merupakan pterosaurus yang masih hidup, yaitu reptil bersayap yang hidup pada zaman prasejarah.

Dr. Ernest Bartels dikenal sebagai salah satu penemu pertama dari burung elang jawa (Nisaetus bartelsi), yang merupakan salah satu spesies burung pemangsa endemik Jawa yang terancam punah. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku dan artikel ilmiah tentang keanekaragaman hayati Indonesia, seperti “The Fauna of the Karangbolong Mountains” dan “The Birds of Java and Bali”.

Alasan Dr. Ernest Bartels Berada di Indonesia
Dr. Ernest Bartels berada di Indonesia karena ia mengikuti jejak ayahnya, Dr. Max Bartels, yang pindah ke Indonesia pada tahun 1884. Dr. Max Bartels bekerja sebagai kurator di Museum Zoologi Bogor, yang saat itu masih bernama Museum voor Land- en Volkenkunde. Dr. Max Bartels juga menjadi guru dan mentor bagi Dr. Ernest Bartels, yang mulai tertarik dengan ilmu zoologi sejak kecil.


Dr. Ernest Bartels melanjutkan pendidikannya di Belanda, di mana ia mendapatkan gelar doktor di bidang zoologi dari Universitas Leiden pada tahun 1919. Setelah itu, ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai asisten ayahnya di Museum Zoologi Bogor. Ia juga melakukan berbagai ekspedisi dan penelitian di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa. Ia juga menjadi anggota dari beberapa organisasi ilmiah, seperti Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) dan Koninklijk Nederlandsch Indisch Natuurhistorisch Genootschap (KNNIG).

Dr. Ernest Bartels tetap tinggal di Indonesia hingga tahun 1950, ketika ia pensiun dari pekerjaannya di Museum Zoologi Bogor. Ia kemudian pindah ke Belanda, di mana ia meninggal pada tahun 1960. Ia dimakamkan di kota Leiden, di mana ia pernah belajar. Ia meninggalkan warisan berupa koleksi spesimen, buku, dan artikel ilmiah yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan.

Penampakan Selanjutnya
Setelah laporan Bartels, ada beberapa penampakan ahool lainnya yang dilaporkan oleh saksi mata yang berbeda. Beberapa penampakan ahool yang terkenal adalah sebagai berikut:
  • Pada tahun 1927, seorang pilot Belanda bernama Van Heemskerck melihat seekor ahool terbang di atas Gunung Salak saat ia sedang terbang dengan pesawatnya. Ia mengatakan bahwa ahool memiliki sayap yang sangat besar dan berbentuk seperti pisau.
  • Pada tahun 1959, seorang penjelajah Inggris bernama Ivan T. Sanderson melihat dua ekor ahool terbang di atas lembah Djetis, dekat Gunung Salak. Ia mengatakan bahwa ahool memiliki tubuh sebesar anjing besar dan wajah seperti monyet. Ia juga mendengar suara ahool yang mirip dengan “ahool”.
Ivan T. Sanderson
  • Pada tahun 1965, seorang wartawan Australia bernama Greg Roberts melihat seekor ahool terbang di atas Gunung Salak saat ia sedang berkemah dengan teman-temannya. Ia mengatakan bahwa ahool memiliki bulu berwarna abu-abu dan sayap yang berwarna merah. Ia juga mendengar suara ahool yang mirip dengan “ooh-ooh”.
Hipotesis dan Kontroversi
Ahool merupakan salah satu makhluk kriptid, yaitu makhluk yang keberadaannya belum terbukti secara ilmiah. Ada beberapa hipotesis yang mencoba menjelaskan apa sebenarnya ahool itu, antara lain:
  • Ahool adalah spesies kelelawar yang belum diketahui, yang mungkin merupakan anggota dari keluarga Pteropodidae, yaitu kelelawar buah. Beberapa spesies kelelawar buah yang hidup di Indonesia memiliki ukuran yang besar, seperti kalong raksasa (Pteropus vampyrus) yang memiliki rentang sayap hingga 1,8 meter, dan kalong emas (Acerodon jubatus) yang memiliki rentang sayap hingga 1,7 meter. Namun, ahool dikatakan memiliki rentang sayap yang jauh lebih besar, yaitu sekitar 3 meter, dan memiliki wajah yang mirip monyet, yang tidak dimiliki oleh kelelawar buah.
Kalong Emas
  • Ahool adalah spesies burung yang belum diketahui, yang mungkin merupakan anggota dari keluarga Accipitridae, yaitu burung pemangsa. Beberapa spesies burung pemangsa yang hidup di Indonesia memiliki ukuran yang besar, seperti elang jawa (Nisaetus bartelsi) yang memiliki rentang sayap hingga 1,5 meter, dan elang brontok (Spizaetus cirrhatus) yang memiliki rentang sayap hingga 1,2 meter. Namun, ahool dikatakan memiliki sayap yang tidak berbulu, tetapi tertutup oleh kulit seperti kelelawar, dan memiliki mulut yang lebar seperti monyet, yang tidak dimiliki oleh burung pemangsa.
  • Ahool adalah spesies pterosaurus yang masih hidup, yaitu reptil bersayap yang hidup pada zaman prasejarah. Beberapa spesies pterosaurus yang hidup di masa lalu memiliki ukuran yang sangat besar, seperti quetzalcoatlus (Quetzalcoatlus northropi) yang memiliki rentang sayap hingga 10 meter, dan pteranodon (Pteranodon longiceps) yang memiliki rentang sayap hingga 7 meter. Namun, ahool dikatakan memiliki bulu di tubuhnya, dan memiliki suara yang mirip dengan “ahool”, yang tidak sesuai dengan ciri-ciri pterosaurus.
Quetzalcoatlus

Hipotesis tentang ahool masih menjadi kontroversi di kalangan para peneliti dan penggemar kriptozoologi, yaitu ilmu yang mempelajari makhluk kriptid. Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang kuat yang dapat membuktikan atau membantah keberadaan ahool. Ahool masih menjadi misteri yang menantang untuk dipecahkan.

Sumber:
  1. Shuker, K. (2003). The Beasts That Hide from Man: Seeking the World’s Last Undiscovered Animals. New York: Paraview Press.
  2. Heuvelmans, B. (1995). On the Track of Unknown Animals. London: Kegan Paul International.
  3. Coleman, L. & Huyghe, P. (2003). The Field Guide to Lake Monsters, Sea Serpents, and Other Mystery Denizens of the Deep. New York: Tarcher/Penguin.
  4. Sanderson, I. T. (1961). Abominable Snowmen: Legend Come to Life. Philadelphia: Chilton Books.
  5. Roberts, G. (2006). Mysteries of the Dreamtime: The Spiritual Life of Australian Aborigines. London: Watkins Publishing.
  6. Bartels, E. (1927). “Een nieuwe roofvogel van Java”. De Tropische Natuur, 16(1), 1-4.
  7. Bartels, E. (1939). “The Fauna of the Karangbolong Mountains”. Treubia, 17(1), 1-116.
  8. Bartels, E. (1956). “The Birds of Java and Bali”. Handbook of the Birds of the World, 9, 1-342.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar