Kemunculan Misterius Coelacanth di Laut Indonesia

Di balik kedalaman laut yang gelap dan jarang tersentuh manusia, tersimpan makhluk purba yang kehadirannya seakan menantang logika dunia sains modern. Namanya coelacanth, seekor ikan berukuran besar dengan sirip yang menyerupai kaki, yang dulunya dipercaya telah punah bersama para dinosaurus sekitar 66 juta tahun lalu. Selama berabad-abad, coelacanth hanya dikenal lewat fosil-fosil tua yang ditemukan di bebatuan purba, membuatnya dijuluki sebagai "fosil hidup".

Namun, dunia dibuat gempar ketika pada tahun 1938, seekor coelacanth hidup berhasil ditemukan di pesisir Afrika Selatan. Nama "coelacanth" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "coelia" yang berarti berongga dan "acanthus" yang berarti duri, sehingga coelacanth berarti ikan dengan duri berongga. Sejak saat itu, ikan ini menjadi salah satu spesies paling misterius dan diburu informasinya oleh para ilmuwan. Yang lebih mengejutkan lagi, spesies serupa kemudian ditemukan di perairan Indonesia, tepatnya di sekitar Manado, Sulawesi Utara. Penemuan ini tak hanya mengguncang komunitas ilmiah, tapi juga membuka tabir bahwa samudra masih menyimpan banyak rahasia yang belum terpecahkan.


Keberadaan coelacanth seakan menjadi pengingat bahwa sejarah bumi ini jauh lebih kompleks dari yang kita duga. Bagaimana mungkin seekor spesies yang diperkirakan punah selama jutaan tahun, justru masih bisa bertahan hidup di lautan modern?

sumber: creation.com

Itulah yang membuat ikan ini begitu istimewa. Tak hanya dari sisi biologis, tetapi juga dari sisi sejarah dan nilai konservasinya. Setiap kali kabar tentang penemuan coelacanth muncul, dunia seakan diingatkan bahwa masih ada makhluk prasejarah yang hidup berdampingan dengan kita, tanpa pernah benar-benar kita sadari.

1. Penemuan Terbaru di Gorontalo
Awal tahun 2025 menjadi momen yang tak terlupakan bagi warga Gorontalo Utara. Di tengah rutinitas melaut seperti biasa, seorang nelayan bernama Oskar Kaluku tak sengaja menarik jaring yang berisi sesuatu yang tak biasa — seekor ikan besar dengan tubuh berwarna gelap kebiruan, sirip tebal menjuntai, dan mata yang tampak seperti menyimpan sejarah dunia.

Pantai di Pulau Saronde

Saat ikan itu diangkat ke permukaan, tak butuh waktu lama sebelum warga menyadari: ini bukan ikan sembarangan. Mereka baru saja menemukan seekor coelacanth hidup, sesuatu yang bahkan oleh para ilmuwan dianggap langka dan hampir mustahil terjadi begitu saja.


Penemuan ini sontak menghebohkan media sosial setelah fotonya diunggah ke platform X (dulu Twitter) oleh akun @Coelacanthuss. Dalam hitungan jam, gambar coelacanth sepanjang 127 cm dengan berat hampir 40 kg itu tersebar luas, memicu rasa ingin tahu netizen, media, hingga komunitas akademik. Banyak yang mengira foto tersebut hasil rekayasa, tapi setelah diverifikasi, jelas bahwa yang ditangkap adalah spesimen asli — dan sayangnya, dalam kondisi sudah tak bernyawa.


Tak ingin melewatkan kesempatan berharga ini, tim dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado segera turun tangan. Dipimpin oleh Prof. Alex Masengi, tim peneliti dari International Coelacanth Research Center langsung bergerak cepat untuk mengamankan dan meneliti spesimen langka ini. Mereka membawa ikan tersebut untuk diawetkan, didokumentasikan, dan dipelajari lebih lanjut di laboratorium.

Prof. Ir. Kawilarang Warouw Alex Masengi
sumber: sulutnews.com

Penemuan ini bukan sekadar kabar lokal. Bagi dunia ilmiah, ini adalah momen penting — seolah-olah pintu kecil menuju masa lalu kembali terbuka. Dan bagi masyarakat Indonesia, ini adalah pengingat bahwa lautan kita menyimpan kekayaan hayati yang belum tentu bisa ditemukan di tempat lain di dunia.

2. Mengenal Lebih Dekat Coelacanth
Di balik tubuhnya yang terlihat garang dan misterius, coelacanth adalah makhluk laut yang menyimpan banyak rahasia evolusi. Ikan ini pertama kali muncul sekitar 400 juta tahun yang lalu, jauh sebelum dinosaurus menguasai daratan. Bayangkan, saat makhluk-makhluk darat masih berupa hewan bersel tunggal dan tanaman lumut baru tumbuh di tepian sungai purba, coelacanth sudah lebih dulu berenang di lautan prasejarah.


Secara fisik, coelacanth punya ciri khas yang mudah dikenali. Tubuhnya memanjang, bisa mencapai panjang 2 meter, dengan warna kebiruan gelap dihiasi bintik-bintik putih di seluruh tubuhnya. Siripnya tebal dan menyerupai kaki, yang memungkinkan ikan ini bergerak dengan cara yang unik di dasar laut — seakan-akan ‘berjalan’ di antara bebatuan karang. Inilah salah satu alasan kenapa coelacanth kerap disebut sebagai "ikan berkaki".


Yang lebih mengejutkan, coelacanth termasuk makhluk dengan umur panjang. Berdasarkan hasil penelitian, usia ikan ini bisa mencapai lebih dari 100 tahun. Masa kehamilannya pun tidak kalah luar biasa, yakni sekitar 5 tahun — salah satu masa gestasi terlama di antara hewan vertebrata. Bayi coelacanth dilahirkan dalam kondisi hidup, bukan dari telur, dan langsung mampu berenang setelah dilahirkan.

sumber: local10.com

Uniknya lagi, coelacanth memiliki organ khusus bernama rostral organ di kepalanya, yang berfungsi sebagai semacam radar elektromagnetik untuk mendeteksi mangsa di kegelapan laut dalam. Organ ini tidak ditemukan pada ikan modern lainnya, tapi justru mirip dengan beberapa hewan laut purba.

Secara spesies, coelacanth terbagi menjadi dua jenis utama: Latimeria chalumnae yang hidup di pesisir Afrika, dan Latimeria menadoensis yang ditemukan di perairan Indonesia, khususnya sekitar Sulawesi. Meskipun serupa, keduanya memiliki perbedaan kecil pada pola bintik dan warna tubuhnya, sebuah detail yang penting bagi para peneliti untuk melacak asal-usul dan persebarannya.

Melihat betapa uniknya makhluk ini, tak heran kalau coelacanth selalu berhasil menarik perhatian para ahli biologi, paleontolog, hingga penggemar misteri kehidupan laut. Kehadirannya seakan jadi jendela hidup yang langsung menghubungkan kita dengan zaman purba.

3. Mengapa Indonesia Jadi Rumah Coelacanth?
Coelacanth bukanlah ikan yang bisa ditemukan di sembarang perairan. Spesies purba ini punya habitat khusus yang sangat terbatas, yakni di kedalaman laut antara 150 hingga 200 meter, di wilayah perairan yang berbatu, curam, dan gelap gulita. Kondisi tersebut membuat keberadaannya sulit terdeteksi manusia, dan mungkin itulah salah satu alasan kenapa coelacanth bisa bertahan hidup selama ratusan juta tahun tanpa terusik.

Secara global, coelacanth hanya tercatat hidup di dua lokasi: pesisir Afrika Timur dan perairan Indonesia, khususnya di kawasan Sulawesi Utara. Di Indonesia, spesies yang ditemukan adalah Latimeria menadoensis, pertama kali tercatat pada tahun 1997 di perairan Manado, Sulawesi Utara. Sejak saat itu, beberapa laporan penampakan kembali muncul, termasuk di perairan Malalayang, Bitung, Tomini, hingga yang terbaru di Gorontalo Utara.


Namun, kabar mengejutkan datang dari penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan Jepang pada awal tahun 2025. Dalam ekspedisi bawah laut yang mereka lakukan di perairan Sulawesi, mereka menemukan ratusan individu coelacanth yang tersebar di beberapa titik. Penemuan ini membuktikan bahwa habitat coelacanth di Indonesia jauh lebih luas dari yang selama ini diperkirakan. Temuan ini membuka kemungkinan bahwa ada lebih banyak lagi populasi coelacanth yang tersembunyi di kedalaman laut Indonesia, menunggu untuk ditemukan.

Laut Indonesia memang dikenal dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, dan penemuan ini semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai "rumah" bagi makhluk purba ini. Wilayah perairan dalam di sekitar Sulawesi dan kawasan Indonesia timur lainnya ternyata menyimpan lebih banyak rahasia kehidupan bawah laut yang belum banyak terungkap.

sumber: ocean.si.edu

Sayangnya, habitat langka ini mulai terancam oleh aktivitas manusia. Penangkapan ikan berlebihan, penggunaan alat tangkap merusak, serta aktivitas eksplorasi bawah laut seperti pertambangan dasar laut menjadi ancaman serius bagi populasi coelacanth di Indonesia. Ditambah lagi, perubahan iklim dan pemanasan global membuat suhu dasar laut perlahan berubah, memengaruhi ekosistem yang selama jutaan tahun tetap stabil.

Karena itu, penemuan coelacanth di Gorontalo Utara bukan hanya menjadi peristiwa luar biasa, tapi juga alarm pengingat bahwa kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga ekosistem laut dalam. Indonesia bukan sekadar negeri kepulauan, tapi juga rumah bagi makhluk-makhluk purba yang mungkin tak ditemukan di belahan dunia mana pun.

4. Upaya Penelitian dan Konservasi
Penemuan coelacanth di Gorontalo Utara awal 2025 lalu kembali menghidupkan semangat komunitas ilmiah Indonesia untuk memperdalam riset tentang makhluk purba ini. Selama ini, penelitian coelacanth di Indonesia memang masih tergolong minim, jika dibandingkan dengan di Afrika Selatan dan Kepulauan Komoro. Padahal, keberadaan Latimeria menadoensis di perairan kita punya nilai ilmiah dan konservasi yang sangat tinggi.

Saat ini, beberapa institusi mulai bergerak aktif, termasuk International Coelacanth Research Center (ICRC) di bawah Universitas Sam Ratulangi, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Spesimen coelacanth yang ditemukan di Gorontalo pun telah diamankan dan diawetkan untuk kebutuhan penelitian lebih lanjut. Para ahli berharap, dari sampel ini, mereka bisa mempelajari genetika, pola reproduksi, hingga kondisi ekosistem dasar laut tempat ikan ini ditemukan.

Selain penelitian, upaya konservasi juga mulai digalakkan. Beberapa kawasan perairan dalam di Sulawesi Utara dan Teluk Tomini tengah diusulkan untuk dijadikan zona konservasi laut dalam. Tujuannya bukan hanya untuk melindungi coelacanth, tapi juga keanekaragaman hayati laut dalam yang selama ini masih luput dari perhatian.


Tak kalah penting, edukasi kepada masyarakat pesisir juga menjadi kunci. Karena penangkapan coelacanth sering kali tidak disengaja, penting bagi para nelayan untuk mengenali ciri ikan ini dan memahami prosedur yang harus dilakukan jika mereka menemukannya. Beberapa kampus dan komunitas lingkungan mulai rutin melakukan sosialisasi agar coelacanth yang masih hidup tidak diambil atau dijual, melainkan dilepaskan kembali ke habitatnya.

Ke depan, para ilmuwan berharap penemuan-penemuan seperti ini tidak hanya berhenti menjadi berita viral sesaat. Melainkan menjadi pintu masuk untuk membangun kesadaran lebih luas tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dalam Indonesia. Sebab, di kedalaman sana, masih banyak misteri yang menunggu untuk ditemukan — dan bisa jadi, coelacanth bukanlah makhluk purba terakhir yang akan kembali menyapa dunia modern.

5. Penutup
Kisah tentang coelacanth bukan sekadar cerita tentang ikan purba yang hidup di zaman prasejarah. Ia adalah bukti nyata bahwa laut Indonesia masih menyimpan segudang misteri yang belum seluruhnya terungkap. Penemuan terbaru di Gorontalo menjadi pengingat bahwa di kedalaman laut kita, sejarah purba dan masa kini bisa bertemu dalam wujud yang tak pernah diduga.

Lewat penelitian, konservasi, dan edukasi yang terus dilakukan, ada harapan besar bahwa spesies luar biasa ini bisa tetap bertahan, hidup berdampingan dengan kita di era modern. Dan siapa tahu, mungkin di kedalaman sana, masih ada makhluk-makhluk purba lain yang selama ini hanya tercatat dalam buku fosil, menunggu untuk ditemukan kembali.

Komentar

Postingan Populer

MISTERI UNFINISHED RACE JAMES WORSON: FAKTA ATAU FIKSI?

ASAL USUL MISTERIUS 'THE GRAND GRIMOIRE': SETAN SEBAGAI PENULISNYA?

Misteri Dover Demon

Anqa: Kisah Burung Terbang Satu Kali Seumur Hidup

Yeti