Beast of Gévaudan, Monster Pemangsa Manusia di Prancis Abad ke-18 [PART 1]

Pada pertengahan abad ke-18, Gévaudan adalah wilayah pedesaan yang terpencil dan liar di Prancis selatan, kini dikenal sebagai département Lozère. Wilayah ini terkenal dengan hutan lebat, perbukitan sunyi, dan desa-desa kecil yang tersebar jarang. Penduduknya mayoritas adalah petani, gembala, dan pemburu, hidup berdampingan dengan alam yang keras dan belum banyak tersentuh peradaban modern.

BAB I
LATAR BELAKANG

Namun pada tahun 1764, ketenangan kawasan ini terusik oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan logika biasa—sebuah teror berbulu yang kelak dikenang sebagai La Bête du Gévaudan, Si Monster dari Gévaudan.

30 Juni 1764 – Korban Pertama Jeanne Boulet
Segalanya dimulai pada musim panas. Pada 30 Juni 1764, seorang gadis muda bernama Jeanne Boulet, berusia sekitar 14 tahun, ditemukan tak bernyawa di desa kecil Les Hubacs, dekat Langogne. Tubuhnya ditemukan dengan luka-luka mengerikan, dan sebagian tubuhnya tampak dikoyak oleh cakar atau taring.


Yang membuat kematiannya mencurigakan adalah laporan dari warga sekitar yang menyebutkan bahwa tidak ada hewan liar yang pernah menyerang manusia sebelumnya. Seekor serigala biasa pun, meski ada di hutan-hutan sekitar, jarang sekali mendekati manusia, apalagi menyerang secara brutal di siang hari.

Juli–Agustus 1764 – Serangan yang Terus Berulang
Hanya berselang beberapa minggu, insiden serupa kembali terjadi. Kali ini, para korban sebagian besar adalah wanita muda dan anak-anak yang sedang menggembalakan ternak di ladang dan hutan terbuka. Mereka ditemukan dalam kondisi yang serupa: tubuh tercabik, pakaian terkoyak, dan sebagian anggota tubuh hilang.


Pada 11 Agustus 1764, seorang wanita muda tengah menggembalakan kawanan ternaknya di Hutan Mercoire. Tiba-tiba, seekor makhluk besar menyerangnya dari balik semak. Namun sebelum sempat membunuh, makhluk itu justru dihalau oleh banteng-banteng yang berlari menyeruduk dan menggiringnya pergi. Wanita itu selamat dan memberikan deskripsi yang menjadi salah satu laporan pertama tentang makhluk tersebut:

Besar seperti anak sapi, bertubuh panjang, bulu cokelat keabu-abuan dengan semburat merah di punggung. Moncongnya panjang dan taringnya mencuat. Matanya menyala, dan gerakannya gesit seperti bayangan.

Ciri-Ciri Awal Sang Monster
Deskripsi dari para korban selamat dan saksi mata mulai mengkristal menjadi satu gambaran yang mengerikan:
  • Ukuran tubuh sebesar sapi muda
  • Moncong panjang dan monyong seperti anjing atau babi hutan
  • Ekor panjang dengan ujung seperti cambuk
  • Cakar besar dan gerakan lincah
  • Bulu kemerahan dengan garis hitam membujur di punggung
  • Bau menyengat yang ditinggalkan di lokasi serangan

Beberapa penduduk bahkan mengklaim bahwa makhluk itu tidak takut senjata, dan bisa menghindari peluru dengan cara yang “tidak alami”.

Menjelang akhir tahun 1764, kabar tentang makhluk buas ini menyebar ke seluruh wilayah Gévaudan, lalu menembus ke Paris dan seluruh Prancis. Ketakutan menjelma menjadi kepanikan massal. Penduduk desa mulai menolak keluar rumah, dan anak-anak dilarang merumput sendiri. Para gembala dewasa bahkan membawa tombak atau senapan meski hanya keluar untuk menggiring domba.

sumber: gamerant.com
  • Desas-desus mulai mengarah ke hal-hal supranatural:
  • Ada yang mengatakan makhluk itu adalah utusan iblis.
  • Sebagian percaya itu adalah manusia yang dikutuk menjadi binatang (werewolf atau loup-garou).
  • Bahkan ada pendeta yang mengaitkan serangan itu dengan hukuman Tuhan atas dosa-dosa penduduk.
Jumlah Korban Terus Meningkat
Antara bulan Juni hingga Desember 1764, lebih dari 20 orang dilaporkan tewas. Sumber dari dokumen keuskupan dan catatan penguburan menyebutkan beberapa nama korban:
  • Marie-Jeanne Vallet, nyaris tewas tetapi berhasil bertahan dengan melawan menggunakan tombak.
  • Marie Deschamp, diserang saat memerah susu dan tubuhnya ditemukan dalam keadaan mengenaskan.
  • Seorang anak laki-laki bernama Jean-Pierre, berusia 10 tahun, hanya ditemukan sebagian tubuhnya.
Ketika jumlah korban tak terkendali, pihak gereja dan pejabat sipil setempat mulai mencatat setiap kejadian secara sistematis. Pastor-pastor menuliskan dalam kronik desa mereka dengan kalimat seperti:

Kami percaya ini bukan binatang biasa, tetapi kutukan atas umat manusia.

Namun tanpa adanya tindakan dari kerajaan, penduduk Gévaudan hanya bisa pasrah dan berharap makhluk itu berhenti.

BAB II
UPAYA PENANGKAPAN AWAL (1764–1765)

Kapten Jean-Baptiste Duhamel dan Mobilisasi Besar
Setelah serangkaian serangan brutal pada tahun 1764, Kapten Jean-Baptiste Duhamel dari resimen dragoon lokal ditugaskan untuk memimpin perburuan terhadap makhluk tersebut. Duhamel mengorganisir lebih dari 30.000 relawan, termasuk petani, pemburu, dan tentara, dalam upaya besar-besaran untuk menangkap atau membunuh "La Bête".


Berbagai strategi diterapkan, mulai dari penggunaan umpan beracun hingga penyamaran prajurit sebagai wanita desa untuk menarik perhatian makhluk tersebut. Namun, semua upaya ini gagal. Duhamel bahkan hampir berhasil menembak makhluk itu dalam beberapa kesempatan, tetapi selalu terhambat oleh ketidakefisienan pasukannya dan kurangnya koordinasi dengan penduduk lokal.

Melihat kegagalan Duhamel, Raja Louis XV mengirim dua pemburu serigala profesional dari Normandia, Jean Charles Marc Antoine Vaumesle d'Enneval dan putranya Jean-François, pada Februari 1765. Mereka membawa delapan anjing pemburu terlatih dan menerapkan teknik berburu yang lebih halus dan strategis.


Namun, perbedaan pendekatan antara Duhamel dan keluarga d'Enneval menyebabkan ketegangan. Duhamel lebih suka perburuan massal, sementara d'Enneval mengandalkan teknik penyergapan yang lebih tenang. Akhirnya, Duhamel dipaksa mundur, dan keluarga d'Enneval melanjutkan perburuan.

Meskipun usaha mereka intensif, keluarga d'Enneval tidak berhasil menangkap atau membunuh makhluk tersebut. Serangan terus berlanjut, dan tekanan publik semakin meningkat.

Keberanian Anak-Anak dan Penghargaan Raja
Pada Januari 1765, sekelompok anak-anak, termasuk Jacques Portefaix, diserang oleh makhluk tersebut saat menggembalakan ternak. Dengan keberanian luar biasa, mereka berhasil mengusirnya menggunakan tongkat dan alat sederhana lainnya.


Kisah heroik ini menarik perhatian Raja Louis XV, yang memberikan penghargaan kepada anak-anak tersebut dan membiayai pendidikan Portefaix.

BAB III
INTERVENSI KERAJAAN DAN FANCOIS ANTOINE (1765)

François Antoine, Pemburu Raja
Melihat kegagalan dua usaha sebelumnya, Raja Louis XV akhirnya memutuskan untuk mengirim pemburu kerajaan senior, François Antoine, ke Gévaudan. Ia adalah "porte-arquebusier du roi", atau penembak busur api resmi raja—posisi prestisius dengan pengalaman berburu predator-predator besar. Antoine tiba di Gévaudan pada Juli 1765, disertai oleh pasukannya dan dua belas anjing pemburu besar dari istana.

Tugasnya jelas: membunuh sang monster, membawa pulang tubuhnya ke Versailles, dan mengakhiri kekacauan yang telah mencoreng reputasi Prancis selama lebih dari setahun.

Namun saat Antoine memulai perburuannya, serangan belum juga berhenti. Pada 11 Agustus 1765, seorang gadis muda bernama Marie-Jeanne Vallet, yang dikenal sebagai "Virgin of Gévaudan", diserang saat melintasi sungai kecil. Ia berhasil menikam makhluk itu dengan tombak—peristiwa ini tidak hanya menambah legenda, tetapi juga memperkuat keyakinan bahwa monster itu bisa dilukai.

Marie-Jeanne kemudian dipuja bak pahlawan oleh masyarakat lokal, bahkan digambarkan dalam ilustrasi zaman itu sedang menikam makhluk menyerupai serigala besar. Bahkan kisah heroik ini diabadikan dalam bentuk monumen.


21 September 1765 – Penembakan Resmi
Puncak dari misi François Antoine terjadi pada 21 September 1765, di hutan Bois de la Teynazère, dekat desa Chazes. Setelah beberapa hari pengintaian dan jebakan, Antoine dan pasukannya menghadapi seekor binatang besar yang cocok dengan deskripsi makhluk itu: tubuh besar, kepala lebar, taring panjang, dan garis gelap di punggung.


Dengan satu tembakan presisi dari arquebus-nya, Antoine menewaskan makhluk tersebut. Tubuhnya dibawa ke Versailles sebagai trofi. Bangkai binatang itu diawetkan, diukur, dan dicatat dengan teliti:
  • Panjang: 1,7 meter
  • Berat: 64 kilogram
  • Kepala besar menyerupai mastiff
  • Gigi tajam tak biasa untuk serigala
  • Cakar lebih besar dari serigala Eropa umumnya
Antoine menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa "the Beast is dead" dan menerima hadiah besar dari kerajaan.

Kematian makhluk itu dirayakan luas. Prasasti-peringatan dipasang. Para pendeta menggelar misa syukur. François Antoine dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama...

Hanya dua bulan setelah makhluk itu dibunuh, laporan serangan kembali bermunculan. Pada Desember 1765, anak-anak dan wanita kembali menjadi korban, dengan luka-luka yang sama menyeramkannya seperti sebelumnya.

Masyarakat mulai bertanya-tanya: apakah makhluk itu bukan satu, melainkan lebih dari satu? Atau, apakah makhluk yang dibunuh Antoine bukanlah La Bête yang asli?

Pihak kerajaan menolak laporan ini. Mereka tetap mengklaim bahwa monster telah mati dan menolak mengirim pasukan tambahan. Masyarakat Gévaudan pun ditinggalkan sendiri lagi, dalam bayang-bayang teror yang belum berakhir.

BAB IV
MONSTER KEDUA DAN AKHIR YANG MISTERIUS (1766–1767)

................................ Lanjut di part 2

Posting Komentar

0 Komentar